Rabu, 06 Januari 2010

Pengemis


"MA'AF SAJA AKU NGAK BISA MEMBACA"
JADI JANGAN LARANG SAYA UNTUK MENGEMIS

KURAIH DARI HASIL MENGEMIS



Pengemis identik dengan Kemiskinan, keterpurukan ekonomi, ketepurukan pendidikian, sosial, serta kesan yang kumuh.
namun apa dikata.... ternyata bagi mereka hal itu mungkin sudah bagian hidupnya. bahkan ironisnya profesi tersebut dijalani bukan hanya karena keadaan , namun karena ada kesempatan sehingga timbul niat untuk menjadikan profesi tersebut untuk mencukupi semua kebutuhan hidup keluarga, dari mulai kesehatan, pendidikan bahkan investasi.

Hasil pengamatan dan analisa yang dilakukan di lapangan : profesi mereka secara ekonomi tak kalah dengan layaknya mereka yang berdasi, bahkan minimal angka UMR telah mereka raih dalam sehari-harinya.

Sebagai gambaran : pendapatan minimal perhari Rp.30.000,- untuk 6 jam kerja.
hari kerja per bulan : 25 hari jadi pendapatan perbulan = Rp. 750.000,-
Anggap 2 jam perharinya dan 5 hai lainnya dlm satu bulan kita istilahkan sebagai Lemburan.
Angka yang pantas diterima dr standar UMR.

Namun Apa yang salah dalam hal ini ?

Secara pribadinya mereka tidak salah. karena mungkin hanya itulah kesempatannya yang ada.
Secara ekonomi : Angka pendapatan tersebut kadang melebihi angka bersih dari kita-kita yg kerja dikantoran.

Namun dari segi sosial : Jelas itu yang perlu kita pertanyakan...... bahkan perlu pembinaan.
bukan saja karena menggangu keindahan kota dan yang lainnya, namun lebih dari itu.

Mental nya lah yang perlu kita bina agar setidaknya profesi itu tidak menciptakan pengemis-pengemis lainnya, apalagi turun temurun sampai ke anak cucu.

Lalu tanggung jawab siapakah itu semua ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar