Sabtu, 23 Januari 2010
ANTARA HATI DAN MATA
Kamis, 14 Januari 2010
Bagai Merindukan Gadis Pujaan
Untuk melaksanakan hal itu pemerintah sebagai bentuk keseriusannya dalam menata hal tersebut telah melakukan beberapa perudang-undangan yang menata dan mengatur hal tersebut Sebagai salah satu contoh :
NOMOR 22 TAHUN 2001
TENTANG
MINYAK DAN GAS BUMI
Dalam Undang-undang tersebut disitu telah jelas, betapa seriusnya pemerintah memperhatikan Hak dan kewajiban dari masing-masing Elemen (Pengelola, Masyarakat Individu dan Pemerintah)
Tidak cukup sampai di situs saja, guna melaksanakan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3. pemerintah juga telah membuktikan keseriusannya, yaitu dengan Menerbitkan
UU No 40 tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas.
BAB V PASAL 74 :
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
" Perusahaan itu seperti manusia. Perlu energi untuk tetap menjaga keberlangsungan hidupnya ke depan. Dan, CSR merupakan nyawa bagi perusahaan untuk berkembang secara berkelanjutan di masa depan "
Dengan berbagai macam Program corporate social responsibility (CSR) nya beberapa perusahaan dibawah koordinasi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah telah membuktikan Kepeduliannya guna menciptakan suasana timbal balik yang baik pada masyarakat.
PT. PERTAMINA sebagai perusahaan BUMN yang menangani Kekayaan Alam di bidang Minyak dan Gas, Sudah dan telah banyak melakukan kegiatas sesuai dengan yang telah diamanatkan dalam UU tersebut diatas. Berbagai Upaya dan bentuk bantuan Sosial masyarakat pernah dilakukan dan bahkan selalu berkesinambungan dari waktu kewaktu. Bahkan MOU dengan Pemerintah daerah selaku Penjabaran Otonomi Pusat Telah dilakukannya. Sebagai Contoh :
KEPUTUSAN BUPATI MAJALENGKA
NOMOR 567 TAHUN 2007
TENTANG
PENGALOKASIAN SHARING DANA BAGI HASIL MINYAK BUMI DAN GAS ALAM BAGI DESA PENGHASIL DAN DESA SEKITARNYA DIKABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ANGGARAN 2007
Kecamatan Sumberjaya : Desa Desa Cidenok, Bongas Wetan, Desa Garawangi.
Kecamatan Kertajati : Desa Mekarmulya dan
Kecamatan Ligung : Kodasari
Serta Desa-desa penunjang lain seperti : Bongas Kulon, Loji Kobong, Leuweunghapit, Rancaputat, Sumberjaya, Panjalin Lor, Panjalin Kidul dan desa lainnya.
Sungguh Warga memberikan rasa hormat Pada PT. Pertamina dengan angka Milyarannya Pertamina masih bisa menyisihkan Anggarannya Untuk Rakyat bagi Desa-desa Penghasil dan Desa Penunjang produksi.
Dan Khususnya pada Pemerintahan Kabupaten Majalengka yang mana kita tahu, walau Hasil Produksi Minyak dan Gas yang dicapainya Tak sebesar Hasil Produksi Kabupaten Indramayu yang REMAJA, namun dengan di buatnya Keputusan tersebut telah membuktikan rasa kecintaan dan kepeduliannya akan nasib dan masa depan masyarakat Majalengka.
Guna meningkatkan hajat orang banyak, kini masyarakat hanya dapat berharap "semoga bagi kabupaten yang belum belaksanakan amanat tersebut kiranya dapat mencontoh kabupaten lain"
Keberhasilan Pembangunan tak lepas dari Konsep Negara Itu sendiri, yaitu : Penduduk, Wilayah dan Pemerintah. (Penduduk tolak ukurnya IPM, Wilayah dari Infrastruktur dan Pemerintah sendiri tolak ukurnyaadalah Pemerintah yang bersih dari KKN dan berprioritas pada kesejahteraan Masyarakat banyak)
Hal itu tercapai tercapai maka Majulah Negara ini. Kepercayaan dan pengakuan negara lainpun kan mengalir selayaknya memberi Hormat dan Konsep Negara pun Lengkap sudah (adanya Pemduduk, mempunyai Wolayah, adanya Pemerintahan dan Pengakuan dari Negara-negara Lain)
Rabu, 13 Januari 2010
Bergelut Denga Alam Bergaya Tradisi
Demi mengais rejeki, apapun dijalani. Namun karena sistem pengelolaan yang masih mengandalkan tradisi tanpa ada management yang terorganisasi kadang masyarakat kita tak memikirkan jangka panjang. Malah dengan mudah dan manisnya bereka berkata "Apa kata nanti" yang penting bagai mana saya makan hari ini.
Suatu gambaran betapah Sumber Daya Alam ini tak di kelolah dan dinikmati dengan baik.
Apalagi di imbangi denan Sumber Daya Manusia dan Teknologi
Apa mau dikata , mereka hanya mengandalkan tradisi.
Pantas jika hasilnya pun tak pasti malah kadang merugi.
Suatu potret gambaran, betapa beraninya para petani Tambak, peternak dan pelaku usaha lain menginvestasikan modalnya di alam yang setiap menit mengikis lahannya karena deburan ombak.
Dengan berjarak tidak kurang 5 meter dari deburan ombak mereka bermain judi dengan Alam.
Pohon Bakau mereka tanam layaknya ilalang yang tumbuh diladang. Berharap setahun kedepan tumbuh membesar. Namun di sisi lain Hempasan pasir melangkah dengan pasti seiring deburan ombah. Seinchi demi seinchi, sesenti demi sesenti namun pasti tiap menit berganti.
Sementara nun jauh disana (tak lebih dr 50 m dr bibir Pantai) si gembala dengan riang menggembalakan ternaknya.
Rabu, 06 Januari 2010
Pengemis
"MA'AF SAJA AKU NGAK BISA MEMBACA"
JADI JANGAN LARANG SAYA UNTUK MENGEMIS
Pengemis identik dengan Kemiskinan, keterpurukan ekonomi, ketepurukan pendidikian, sosial, serta kesan yang kumuh.
namun apa dikata.... ternyata bagi mereka hal itu mungkin sudah bagian hidupnya. bahkan ironisnya profesi tersebut dijalani bukan hanya karena keadaan , namun karena ada kesempatan sehingga timbul niat untuk menjadikan profesi tersebut untuk mencukupi semua kebutuhan hidup keluarga, dari mulai kesehatan, pendidikan bahkan investasi.
Hasil pengamatan dan analisa yang dilakukan di lapangan : profesi mereka secara ekonomi tak kalah dengan layaknya mereka yang berdasi, bahkan minimal angka UMR telah mereka raih dalam sehari-harinya.
Sebagai gambaran : pendapatan minimal perhari Rp.30.000,- untuk 6 jam kerja.
hari kerja per bulan : 25 hari jadi pendapatan perbulan = Rp. 750.000,-
Anggap 2 jam perharinya dan 5 hai lainnya dlm satu bulan kita istilahkan sebagai Lemburan.
Angka yang pantas diterima dr standar UMR.
Namun Apa yang salah dalam hal ini ?
Secara pribadinya mereka tidak salah. karena mungkin hanya itulah kesempatannya yang ada.
Secara ekonomi : Angka pendapatan tersebut kadang melebihi angka bersih dari kita-kita yg kerja dikantoran.
Namun dari segi sosial : Jelas itu yang perlu kita pertanyakan...... bahkan perlu pembinaan.
bukan saja karena menggangu keindahan kota dan yang lainnya, namun lebih dari itu.
Mental nya lah yang perlu kita bina agar setidaknya profesi itu tidak menciptakan pengemis-pengemis lainnya, apalagi turun temurun sampai ke anak cucu.
Lalu tanggung jawab siapakah itu semua ?