Senin, 17 Mei 2010

Lamunan

 
Dalam lamunan nampak kulihat nunjauh di sana keindahan.
Ternyata
Tak selamanya kesedihan menjelma dari kesendirin.
Dan tak selamanya Keterasingan itu menjenuhkan. 
Kuyakin, bila kita selalu menikmati sekeliling, 
kan ada mutiara.

Senin, 22 Februari 2010

Pintar dan Bodoh

Setiap orang punya perjalanan hidup yang berbeda-beda dan menerjemahkan perjalanan hidupnya pun tak akan sama kedalam petuah-petuah kata yang bermakna. Demikian pula dengan sosok Bob Sadino yang ber-azzam untuk tidak membawa ilmu yang dimilikinya keliang kubur sebelum di ajarkan kepada anak bangsa ini.
Berikut tulisan-tulisan Beliau, semoga bermanfaat.
1. Terlalu Banyak Ide – Orang “pintar” biasanya banyak ide, bahkan mungkin telalu banyak ide, sehingga tidak satupun yang menjadi kenyataan. Sedangkan orang “bodoh” mungkin hanya punya satu ide dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya
2. Miskin Keberanian untuk memulai – Orang “bodoh” biasanya lebih berani dibanding orang “pintar”, kenapa ? Karena orang “bodoh” sering tidak berpikir panjang atau banyak pertimbangan. Dia nothing to lose. Sebaliknya, orang “pintar” telalu banyak pertimbangan.
3. Telalu Pandai Menganalisis – Sebagian besar orang “pintar” sangat pintar menganalisis. Setiap satu ide bisnis, dianalisis dengan sangat lengkap, mulai dari modal, untung rugi sampai break event point. Orang “bodoh” tidak pandai menganalisis, sehingga lebih cepat memulai usaha.
4. Ingin Cepat Sukses – Orang “Pintar” merasa mampu melakukan berbagai hal dengan kepintarannya termasuk mendapatkahn hasil dengan cepat. Sebaliknya, orang “bodoh” merasa dia harus melalui jalan panjang dan berliku sebelum mendapatkan hasil.
5. Tidak Berani Mimpi Besar – Orang “Pintar” berlogika sehingga bermimpi sesuatu yang secara logika bisa di capai. Orang “bodoh” tidak perduli dengan logika, yang penting dia bermimpi sesuatu, sangat besar, bahkan sesuatu yang tidak mungkin dicapai menurut orang lain.
6. Bisnis Butuh Pendidikan Tinggi – Orang “Pintar” menganggap, untuk berbisnis perlu tingkat pendidikan tertentu. Orang “Bodoh” berpikir, dia pun bisa berbisnis.
7. Berpikir Negatif Sebelum Memulai – Orang “Pintar” yang hebat dalam analisis, sangat mungkin berpikir negatif tentang sebuah bisnis, karena informasi yang berhasil dikumpulkannya sangat banyak. Sedangkan orang “bodoh” tidak sempat berpikir negatif karena harus segera berbisnis.
8. Maunya Dikerjakan Sendiri – Orang “Pintar” berpikir “aku pasti bisa mengerjakan semuanya”, sedangkan orang “bodoh” menganggap dirinya punya banyak keterbatasan, sehingga harus dibantu orang lain.
9. Miskin Pengetahuan Pemasaran dan Penjualan – Orang “Pintar” menganggap sudah mengetahui banyak hal, tapi seringkali melupakan penjualan. Orang “bodoh” berpikir simple, “yang penting produknya terjual”.
10. Tidak Fokus – Orang “Pintar” sering menganggap remeh kata Fokus. Buat dia, melakukan banyak hal lebih mengasyikkan. Sementara orang “bodoh” tidak punya kegiatan lain kecuali fokus pada bisnisnya.
11. Tidak Peduli Konsumen – Orang “Pintar” sering terlalu pede dengan kehebatannya. Dia merasa semuanya sudah Oke berkat kepintarannya sehingga mengabaikan suara konsumen. Orang “bodoh” ?. Dia tahu konsumen seringkali lebih pintar darinya.
12. Abaikan Kualitas -Orang “bodoh” kadang-kadang saja mengabaikan kualitas karena memang tidak tahu, maka tinggal diberi tahu bahwa mengabaikan kualitas keliru. Sednagnkan orang “pintar” sering mengabaikan kualitas, karena sok tahu.
13. Tidak Tuntas – Orang “Pintar” dengan mudah beralih dari satu bisnis ke bisnis yang lain karena punya banyak kemampuan dan peluang. Orang “bodoh” mau tidak mau harus menuntaskan satu bisnisnya saja.
14. Tidak Tahu Pioritas – Orang “Pintar” sering sok tahu dengan mengerjakan dan memutuskan banyak hal dalam waktu sekaligus, sehingga prioritas terabaikan. Orang “Bodoh” ? Yang paling mengancam bisnisnyalah yang akan dijadikan pioritas
15. Kurang Kerja Keras dan Kerja Cerdas – Banyak orang “Bodoh” yang hanya mengandalkan semangat dan kerja keras plus sedikit kerja cerdas, menjadikannya sukses dalam berbisnis. Dilain sisi kebanyakan orang “Pintar” malas untuk berkerja keras dan sok cerdas,
16. Menacampuradukan Keuangan – Seorang “pintar” sekalipun tetap berperilaku bodoh dengan dengan mencampuradukan keuangan pribadi dan perusahaan.
17. Mudah Menyerah – Orang “Pintar” merasa gengsi ketika gagal di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, ketika menghadapi hambatan. Orang “Bodoh” seringkali tidak punya pilihan kecuali mengalahkan hambatan tersebut.
18. Melupakan Tuhan – Kebanyakan orang merasa sukses itu adalah hasil jarih payah diri sendiri, tanpa campur tangan “TUHAN”. Mengingat TUHAN adalah sebagai ibadah vertikal dan menolong sesama sebagai ibadah horizontal.
19. Melupakan Keluarga – Jadikanlah keluarga sebagai motivator dan supporter pada saat baru memulai menjalankan bisnis maupun ketika bisnis semakin meguras waktu dan tenaga
20. Berperilaku Buruk – Setelah menjadi pengusaha sukses, maka seseorang akan menganggap dirinya sebagai seorang yang mandiri. Dia tidak lagi membutuhkan orang lain, karena sudah mampu berdiri diats kakinya sendiri.
Sumber ; Bob Sadino

Minggu, 14 Februari 2010

Jangan Merasa Kalah

" Bersungguh-sungguhla dengan kehinaanmu, niscaya Ia menolongmu dengan kemuliyaan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dengan ketidak berdayaanmu, niscaya Ia menolongmu dengan kekuasaan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dengan kelemahanmu niscaya Ia menolongmu dengan kekuatan-Nya"
(Ibnu 'Athaillah)

Mungkin kita pernah merasakan dan setidaknya berpikir, bahwa betapa berat dan kerasnya  hari-hari yang dilalui dalam menjalankan hidupi ini. Saat hati kita seolah tak mampu lagi menahan beban masalah. Saat kita merasa lunglai, lemah, dan berat melangkahkan kaki, merasa tak kuat dan bingung menghadapi berbagai suasana hidup yang sulit dan berat hingga mencapai titik keputus asaan.

Itu sesungguhnya bukan dari tanda-tanda  kekalahan nasib yang pantas di sesali. Karena sesungguhnya Manusia diciptakan dalam keadaan serba lemah namun mulia dibanding dengan mahluk lain-Nya. Dengan kemuliaannya itulah sesungguhnya Allah SWT berjanji "tidak akan menimpahkan beban masalah kepasa seseorang, diatas batas kemampuan orang tersebut untuk menanggungnya. Dan itu semua tiada lain untuk menguji kadar keimanan dari hamba-Nya.

Buya Hamka pernah mengatakan "Tingkat cobaan Iman tak ubahnya kita menaiki anak tangga yang bertingkat-tingkat. Tiap anak tangga yg dinaiki datang dari bawah pukulan hebat ketubuh yang mendaki. Kalau tangannya kuat bergantung, kalau kakinya kuat berpijak dan kalau akal pikirannya tetap waspada, pukulan itu malah akan mendorong menaikannya ke anak tangga yang lebih tinggi. Tapi kalau Tangan, kaki dan pikiran kita lemah maka pukulan itu akan menjerumuskan kita ke yang lebih bawah sampai mengakibatkan sulit untuk bangkit kembali."

Dalam ungkapan lain Imam Hasan Al Basri mengatakan "Ketika badan sehat dan hati senang, semua orang mengaku beriman. Tetapi setelah datang cobaan barulah teruji benar tidaknya pengakuan itu. Orang yang keinginannya ingin cepat terkabul hari ini dan tidak sabar menunggu, itulah orang yang lemah iman"

Sadar atau tidak terkadang kita sering membandingkan yang satu dengan yang lain, namun coba renungkan " Memang ada orang pintar namun hidupnya miskin harta, sedangkan yang bodoh kaya raya, Pembela kebenaran hidup terisolir, orang kafir memiliki harta benda melimpah, sedangkan ada orang islam hidup terlunta-lunta.

Namun coba kita tengok dan tauladani peristiwa sejarah Nabi Ya'qub yang kehilangan Yusuf anak yang sangat dicintainya. Bagai mana penderitaan Nabiyullah Yusuf as sendiri ? ia tidak disukai oleh saudara-saudaranya sejak kecil. Bahkan dilempar kedasar sumur yang gelap gulita, diperdagangkan sebagai budak belian. Lalu dijebloskan kepenjara meski ia tak pernah melakukan kejahatan sedikitpun.
Lihat pula Nabiyullah Musa as, yang dilahirkan dijaman yang sangat memprihatinkan sampai-sampai dengan perasaan berat ibunya memasukan bayi tersebut kedalam peti untuk dihanyutkan di sungai Nil.

Tak beda pula dengan yang lain, Nabiyullah Ibrahim as diuji keimannannya seolah melampaui batas kemampuan manusia yaitu saat diperintahkan untuk menyembeleh anak kandungnya sendiri yang bertahun-tahun ia dambakan.

Mana yang lebih besar penderitaan kita kita dengan penderitaan Nabi Adam as ? Bersenang-senang dalam surga bersama istrinya, namun kemudian diperintahkan untuk keluar dari surga.

Sebesar apakah kesulitan kita dibanding penderitaan Nabi Nuh as, yang menyeruh pada umatnya, tapi anak dan istrinya sendiri tidak mau menjadi pengikutnya? yang sampai akhirnya karena tolakan tersebut anak dan istrinya tertelan dalam gulungan banjir.

Semuanya bukti yang patut kita tauladani dan kita yakini bahwa iman kepada Allah memang menghendaki perjuangan, pengorbanan sekaligus keteguhan hati. Dahan akan kurus, daun akan layu bila batang tak memiliki akar yang kuat, kokoh dan tak mudah goyah diterpa angin dan badai.

Mari kita mencoba untuk tak pernah kalah oleh beratnya beban hidup. Ingat, tidak semua permintaan kita pada Allah mesti harus dikabulkan. Hanya Allah lah yang lebih mengenal bathin kita dari pada kita sendiri.Teka-teki hidup ini sangat banyak. Jangan menyangka Allah lemah dalam menolong hamba-Nya.

Lalu, kapan dan bagaimana pertolongan Allah itu tiba ?
Ibnu Athaillah memberi pengarahan yang sangat berharga untuk kita pelajari.
" Bersungguh-sungguhla dengan kehinaanmu, niscaya Ia menolongmu dengan kemuliyaan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dengan ketidak berdayaanmu, niscaya Ia menolongmu dengan kekuasaan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dengan kelemahanmu niscaya Ia menolongmu dengan kekuatan-Nya"
Pertolongan, Bantuan, dukungan kemenangan dari Allah itu pasti. "Adalah hak bagi kami menolong orang-orang yang beriman." (QS.Ar Ruum: 47)

Jika Ia berkehendak, tak ada yang dapat menghalangi turunnya pertolongan dan bantuan-Nya.  
Oleh karena itu "JANGAN PERNAH KALAH OLEH COBAAN"

Sabtu, 23 Januari 2010

ANTARA HATI DAN MATA

"Hati adalah raja. Dan seluruh tubuh adalah pasukannya. Jika rajanya baik maka baik pula pasukannya".
(Ibnu Qayyim)

Mata adalah panglima hati. Hampir semua perasaan dan prilaku awalnya dipicu oleh pandangan mata. Bila dibiarkan mata memandang yang dibenci dan yang dilarang, maka pemiliknya berada ditepi jurang bahaya. Meskipun ia tidak sungguh-sungguh jatuh ke dalam jurang.
Nasihat Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin
Dalam kitab itu juga diterangkan bahwa wasiatnya mengandung makna "Agar kita tidak menganggap ringan masalah pandangan"
Semua peristiwa besar awalnya adalah dari mata. Lihatlah Api, Api yang membesar awalnya berasal dari percikan api. 
Dalam kehidupan sehari-hari, Fitnah dan ujian tak pernah berhenti . Sangat mungkin, kita kerap mendengan bahkan mengkaji masalah mata. Tapi belum tentu kita termasuk dalam kelompok orang yang bisa memelihara matanya. Padahal, seperti diungkapkan oleh Imam Ghazali, "Orang yang keliru menggunakan pandangan matanya, berati ia terancam bahaya besar karena mata adalah pintu paling luas yang bisa memberi banyak pengaruh pada hati.
 
Masih mengutit kata bijak Ibnu Gayyim "Mata adalah penuntun, sementara hati adalah pendorong dan pengikut bahkan pengeksekusi dalam tiap pengambilan sikat dan tindakan".  Mata memiliki kenikmatan pandangan, Sedangkan Hati memiliki kenikmatan pencapaian. Dalam dunia nafsu keduanya adalah sekutu yang mesra.

Diceritakan dalam HR.Bukhari dan Muslim ;  Rasulullah SAW bersabda "Sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik pula. Dan jika ia rusak, maka akan rusak pula seluruh tubuh. Segumpal darah itu adalah HATI"

Wahai hati, jika engkau dianugrahi pandagan, tentu engkau tahu rusaknya pengikutmu adalah karena kerusakan dirimu., dan kebaikan mereka adalah kebaikanmu.
"Sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada". (QS.Al-Hajj:46)
Perilaku Mata dan Hati adalah sikap tersembunyi yang sulit diketahui oleh orang lain. Kedipan mata apalagi kecenderungan hati, merupakan rahasia diri yang tak diketahui oleh siapapun, kecuali Allah swt.

Dalah sebuah hadis dikisahkan, pada hari kiamat ada sekelompok orang yang membawa kebaikanyang sangat banyak. bahkan Rasulallah SWT menyebutnya, kebaikan orang itu bak sebuah gunung. Tapi ternyata, Allah SWT tak memandang apa-apa terhadap prestasi kebaikannya itu. Allah menjadikan kebaikannya itu tak berbobot, seperti debu yang berterbangan dan hanya mengotori tiap rongga kaca. Tak ada artinya. Rasul mengatakan, bahwa kondisi seperti itu adalah karena mereka adalah kelompok manusia yang melakukan kebaikan ketika berada bersama manusia yang lain. Tapi tatkala dalam keadaan sendiri dan tak ada manusia lain yang melihatnya, ia melanggar larangan-larangan Alllah. (HR.Ibnu Majah)

Kesendirian, kesepian, kala tak ada orang yang melihat perbuatan salah, adalah ujaian yang akan membuktikan kualitas iman. Disinilah peran mengendalikan mata dan kecondongan hati termasuk dalam situasi kesendirian, karena ia menjadi bagian dari suasana yang tak diketahui oleh orang lain.

Kamis, 14 Januari 2010

Bagai Merindukan Gadis Pujaan

UUD 1945 dalam Pasal 33, ayat 3 telah menegaskan : " Bumi dan air dan kekayaan alam yg telah terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Untuk melaksanakan hal itu pemerintah sebagai bentuk keseriusannya dalam menata hal tersebut telah melakukan beberapa perudang-undangan yang menata dan mengatur hal tersebut Sebagai salah satu contoh :


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 22 TAHUN 2001
TENTANG
MINYAK DAN GAS BUMI


Dalam Undang-undang tersebut disitu telah jelas, betapa seriusnya pemerintah memperhatikan Hak dan kewajiban dari masing-masing Elemen (Pengelola, Masyarakat Individu dan Pemerintah)

Tidak cukup sampai di situs saja, guna melaksanakan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3. pemerintah juga telah membuktikan keseriusannya, yaitu dengan Menerbitkan

UU No 40 tahun 2007

Tentang Perseroan Terbatas.

BAB V PASAL 74 :

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Seperti yang dikatakan Syahrir Ika, Mantan Direktur Human Resources and General Affair PT Aneka Tambang Tbk

" Perusahaan itu seperti manusia. Perlu energi untuk tetap menjaga keberlangsungan hidupnya ke depan. Dan, CSR merupakan nyawa bagi perusahaan untuk berkembang secara berkelanjutan di masa depan "


Dengan berbagai macam Program corporate social responsibility (CSR) nya beberapa perusahaan dibawah koordinasi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah telah membuktikan Kepeduliannya guna menciptakan suasana timbal balik yang baik pada masyarakat.


PT. PERTAMINA sebagai perusahaan BUMN yang menangani Kekayaan Alam di bidang Minyak dan Gas, Sudah dan telah banyak melakukan kegiatas sesuai dengan yang telah diamanatkan dalam UU tersebut diatas. Berbagai Upaya dan bentuk bantuan Sosial masyarakat pernah dilakukan dan bahkan selalu berkesinambungan dari waktu kewaktu. Bahkan MOU dengan Pemerintah daerah selaku Penjabaran Otonomi Pusat Telah dilakukannya. Sebagai Contoh :


KEPUTUSAN BUPATI MAJALENGKA

NOMOR 567 TAHUN 2007

TENTANG

PENGALOKASIAN SHARING DANA BAGI HASIL MINYAK BUMI DAN GAS ALAM BAGI DESA PENGHASIL DAN DESA SEKITARNYA DIKABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ANGGARAN 2007



Seperti yang kita ketahui Majalengkah adalah merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Jawa Barat yang wilayahnya terdapat Sumber Daya Alam dalam bentuk Minyak dan Gas walau tak sebesar KABUPATEN INDRAMAYU dengan KILANG PERTAMINA BALONGANNYA

Adapun Desa-desa Di Majalengka yang terdapat Sumur Minyak adalah :
Kecamatan Sumberjaya : Desa Desa Cidenok, Bongas Wetan, Desa Garawangi.
Kecamatan Kertajati : Desa Mekarmulya dan
Kecamatan Ligung : Kodasari
Serta Desa-desa penunjang lain seperti : Bongas Kulon, Loji Kobong, Leuweunghapit, Rancaputat, Sumberjaya, Panjalin Lor, Panjalin Kidul dan desa lainnya.

Sungguh Warga memberikan rasa hormat Pada PT. Pertamina dengan angka Milyarannya Pertamina masih bisa menyisihkan Anggarannya Untuk Rakyat bagi Desa-desa Penghasil dan Desa Penunjang produksi.

Dan Khususnya pada Pemerintahan Kabupaten Majalengka yang mana kita tahu, walau Hasil Produksi Minyak dan Gas yang dicapainya Tak sebesar Hasil Produksi Kabupaten Indramayu yang REMAJA, namun dengan di buatnya Keputusan tersebut telah membuktikan rasa kecintaan dan kepeduliannya akan nasib dan masa depan masyarakat Majalengka.

Guna meningkatkan hajat orang banyak, kini masyarakat hanya dapat berharap "semoga bagi kabupaten yang belum belaksanakan amanat tersebut kiranya dapat mencontoh kabupaten lain"

Keberhasilan Pembangunan tak lepas dari Konsep Negara Itu sendiri, yaitu : Penduduk, Wilayah dan Pemerintah. (Penduduk tolak ukurnya IPM, Wilayah dari Infrastruktur dan Pemerintah sendiri tolak ukurnyaadalah Pemerintah yang bersih dari KKN dan berprioritas pada kesejahteraan Masyarakat banyak)

Hal itu tercapai tercapai maka Majulah Negara ini. Kepercayaan dan pengakuan negara lainpun kan mengalir selayaknya memberi Hormat dan Konsep Negara pun Lengkap sudah (adanya Pemduduk, mempunyai Wolayah, adanya Pemerintahan dan Pengakuan dari Negara-negara Lain)




Rabu, 13 Januari 2010

Bergelut Denga Alam Bergaya Tradisi


Demi mengais rejeki, apapun dijalani. Namun karena sistem pengelolaan yang masih mengandalkan tradisi tanpa ada management yang terorganisasi kadang masyarakat kita tak memikirkan jangka panjang. Malah dengan mudah dan manisnya bereka berkata "Apa kata nanti" yang penting bagai mana saya makan hari ini.

Suatu gambaran betapah Sumber Daya Alam ini tak di kelolah dan dinikmati dengan baik.
Apalagi di imbangi denan Sumber Daya Manusia dan Teknologi

Apa mau dikata , mereka hanya mengandalkan tradisi.
Pantas jika hasilnya pun tak pasti malah kadang merugi.

Suatu potret gambaran, betapa beraninya para petani Tambak, peternak dan pelaku usaha lain menginvestasikan modalnya di alam yang setiap menit mengikis lahannya karena deburan ombak.
Dengan berjarak tidak kurang 5 meter dari deburan ombak mereka bermain judi dengan Alam.

Pohon Bakau mereka tanam layaknya ilalang yang tumbuh diladang. Berharap setahun kedepan tumbuh membesar. Namun di sisi lain Hempasan pasir melangkah dengan pasti seiring deburan ombah. Seinchi demi seinchi, sesenti demi sesenti namun pasti tiap menit berganti.

Sementara nun jauh disana (tak lebih dr 50 m dr bibir Pantai) si gembala dengan riang menggembalakan ternaknya.

Rabu, 06 Januari 2010

Pengemis


"MA'AF SAJA AKU NGAK BISA MEMBACA"
JADI JANGAN LARANG SAYA UNTUK MENGEMIS

KURAIH DARI HASIL MENGEMIS



Pengemis identik dengan Kemiskinan, keterpurukan ekonomi, ketepurukan pendidikian, sosial, serta kesan yang kumuh.
namun apa dikata.... ternyata bagi mereka hal itu mungkin sudah bagian hidupnya. bahkan ironisnya profesi tersebut dijalani bukan hanya karena keadaan , namun karena ada kesempatan sehingga timbul niat untuk menjadikan profesi tersebut untuk mencukupi semua kebutuhan hidup keluarga, dari mulai kesehatan, pendidikan bahkan investasi.

Hasil pengamatan dan analisa yang dilakukan di lapangan : profesi mereka secara ekonomi tak kalah dengan layaknya mereka yang berdasi, bahkan minimal angka UMR telah mereka raih dalam sehari-harinya.

Sebagai gambaran : pendapatan minimal perhari Rp.30.000,- untuk 6 jam kerja.
hari kerja per bulan : 25 hari jadi pendapatan perbulan = Rp. 750.000,-
Anggap 2 jam perharinya dan 5 hai lainnya dlm satu bulan kita istilahkan sebagai Lemburan.
Angka yang pantas diterima dr standar UMR.

Namun Apa yang salah dalam hal ini ?

Secara pribadinya mereka tidak salah. karena mungkin hanya itulah kesempatannya yang ada.
Secara ekonomi : Angka pendapatan tersebut kadang melebihi angka bersih dari kita-kita yg kerja dikantoran.

Namun dari segi sosial : Jelas itu yang perlu kita pertanyakan...... bahkan perlu pembinaan.
bukan saja karena menggangu keindahan kota dan yang lainnya, namun lebih dari itu.

Mental nya lah yang perlu kita bina agar setidaknya profesi itu tidak menciptakan pengemis-pengemis lainnya, apalagi turun temurun sampai ke anak cucu.

Lalu tanggung jawab siapakah itu semua ?