Senin, 22 Februari 2010

Pintar dan Bodoh

Setiap orang punya perjalanan hidup yang berbeda-beda dan menerjemahkan perjalanan hidupnya pun tak akan sama kedalam petuah-petuah kata yang bermakna. Demikian pula dengan sosok Bob Sadino yang ber-azzam untuk tidak membawa ilmu yang dimilikinya keliang kubur sebelum di ajarkan kepada anak bangsa ini.
Berikut tulisan-tulisan Beliau, semoga bermanfaat.
1. Terlalu Banyak Ide – Orang “pintar” biasanya banyak ide, bahkan mungkin telalu banyak ide, sehingga tidak satupun yang menjadi kenyataan. Sedangkan orang “bodoh” mungkin hanya punya satu ide dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya
2. Miskin Keberanian untuk memulai – Orang “bodoh” biasanya lebih berani dibanding orang “pintar”, kenapa ? Karena orang “bodoh” sering tidak berpikir panjang atau banyak pertimbangan. Dia nothing to lose. Sebaliknya, orang “pintar” telalu banyak pertimbangan.
3. Telalu Pandai Menganalisis – Sebagian besar orang “pintar” sangat pintar menganalisis. Setiap satu ide bisnis, dianalisis dengan sangat lengkap, mulai dari modal, untung rugi sampai break event point. Orang “bodoh” tidak pandai menganalisis, sehingga lebih cepat memulai usaha.
4. Ingin Cepat Sukses – Orang “Pintar” merasa mampu melakukan berbagai hal dengan kepintarannya termasuk mendapatkahn hasil dengan cepat. Sebaliknya, orang “bodoh” merasa dia harus melalui jalan panjang dan berliku sebelum mendapatkan hasil.
5. Tidak Berani Mimpi Besar – Orang “Pintar” berlogika sehingga bermimpi sesuatu yang secara logika bisa di capai. Orang “bodoh” tidak perduli dengan logika, yang penting dia bermimpi sesuatu, sangat besar, bahkan sesuatu yang tidak mungkin dicapai menurut orang lain.
6. Bisnis Butuh Pendidikan Tinggi – Orang “Pintar” menganggap, untuk berbisnis perlu tingkat pendidikan tertentu. Orang “Bodoh” berpikir, dia pun bisa berbisnis.
7. Berpikir Negatif Sebelum Memulai – Orang “Pintar” yang hebat dalam analisis, sangat mungkin berpikir negatif tentang sebuah bisnis, karena informasi yang berhasil dikumpulkannya sangat banyak. Sedangkan orang “bodoh” tidak sempat berpikir negatif karena harus segera berbisnis.
8. Maunya Dikerjakan Sendiri – Orang “Pintar” berpikir “aku pasti bisa mengerjakan semuanya”, sedangkan orang “bodoh” menganggap dirinya punya banyak keterbatasan, sehingga harus dibantu orang lain.
9. Miskin Pengetahuan Pemasaran dan Penjualan – Orang “Pintar” menganggap sudah mengetahui banyak hal, tapi seringkali melupakan penjualan. Orang “bodoh” berpikir simple, “yang penting produknya terjual”.
10. Tidak Fokus – Orang “Pintar” sering menganggap remeh kata Fokus. Buat dia, melakukan banyak hal lebih mengasyikkan. Sementara orang “bodoh” tidak punya kegiatan lain kecuali fokus pada bisnisnya.
11. Tidak Peduli Konsumen – Orang “Pintar” sering terlalu pede dengan kehebatannya. Dia merasa semuanya sudah Oke berkat kepintarannya sehingga mengabaikan suara konsumen. Orang “bodoh” ?. Dia tahu konsumen seringkali lebih pintar darinya.
12. Abaikan Kualitas -Orang “bodoh” kadang-kadang saja mengabaikan kualitas karena memang tidak tahu, maka tinggal diberi tahu bahwa mengabaikan kualitas keliru. Sednagnkan orang “pintar” sering mengabaikan kualitas, karena sok tahu.
13. Tidak Tuntas – Orang “Pintar” dengan mudah beralih dari satu bisnis ke bisnis yang lain karena punya banyak kemampuan dan peluang. Orang “bodoh” mau tidak mau harus menuntaskan satu bisnisnya saja.
14. Tidak Tahu Pioritas – Orang “Pintar” sering sok tahu dengan mengerjakan dan memutuskan banyak hal dalam waktu sekaligus, sehingga prioritas terabaikan. Orang “Bodoh” ? Yang paling mengancam bisnisnyalah yang akan dijadikan pioritas
15. Kurang Kerja Keras dan Kerja Cerdas – Banyak orang “Bodoh” yang hanya mengandalkan semangat dan kerja keras plus sedikit kerja cerdas, menjadikannya sukses dalam berbisnis. Dilain sisi kebanyakan orang “Pintar” malas untuk berkerja keras dan sok cerdas,
16. Menacampuradukan Keuangan – Seorang “pintar” sekalipun tetap berperilaku bodoh dengan dengan mencampuradukan keuangan pribadi dan perusahaan.
17. Mudah Menyerah – Orang “Pintar” merasa gengsi ketika gagal di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, ketika menghadapi hambatan. Orang “Bodoh” seringkali tidak punya pilihan kecuali mengalahkan hambatan tersebut.
18. Melupakan Tuhan – Kebanyakan orang merasa sukses itu adalah hasil jarih payah diri sendiri, tanpa campur tangan “TUHAN”. Mengingat TUHAN adalah sebagai ibadah vertikal dan menolong sesama sebagai ibadah horizontal.
19. Melupakan Keluarga – Jadikanlah keluarga sebagai motivator dan supporter pada saat baru memulai menjalankan bisnis maupun ketika bisnis semakin meguras waktu dan tenaga
20. Berperilaku Buruk – Setelah menjadi pengusaha sukses, maka seseorang akan menganggap dirinya sebagai seorang yang mandiri. Dia tidak lagi membutuhkan orang lain, karena sudah mampu berdiri diats kakinya sendiri.
Sumber ; Bob Sadino

Minggu, 14 Februari 2010

Jangan Merasa Kalah

" Bersungguh-sungguhla dengan kehinaanmu, niscaya Ia menolongmu dengan kemuliyaan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dengan ketidak berdayaanmu, niscaya Ia menolongmu dengan kekuasaan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dengan kelemahanmu niscaya Ia menolongmu dengan kekuatan-Nya"
(Ibnu 'Athaillah)

Mungkin kita pernah merasakan dan setidaknya berpikir, bahwa betapa berat dan kerasnya  hari-hari yang dilalui dalam menjalankan hidupi ini. Saat hati kita seolah tak mampu lagi menahan beban masalah. Saat kita merasa lunglai, lemah, dan berat melangkahkan kaki, merasa tak kuat dan bingung menghadapi berbagai suasana hidup yang sulit dan berat hingga mencapai titik keputus asaan.

Itu sesungguhnya bukan dari tanda-tanda  kekalahan nasib yang pantas di sesali. Karena sesungguhnya Manusia diciptakan dalam keadaan serba lemah namun mulia dibanding dengan mahluk lain-Nya. Dengan kemuliaannya itulah sesungguhnya Allah SWT berjanji "tidak akan menimpahkan beban masalah kepasa seseorang, diatas batas kemampuan orang tersebut untuk menanggungnya. Dan itu semua tiada lain untuk menguji kadar keimanan dari hamba-Nya.

Buya Hamka pernah mengatakan "Tingkat cobaan Iman tak ubahnya kita menaiki anak tangga yang bertingkat-tingkat. Tiap anak tangga yg dinaiki datang dari bawah pukulan hebat ketubuh yang mendaki. Kalau tangannya kuat bergantung, kalau kakinya kuat berpijak dan kalau akal pikirannya tetap waspada, pukulan itu malah akan mendorong menaikannya ke anak tangga yang lebih tinggi. Tapi kalau Tangan, kaki dan pikiran kita lemah maka pukulan itu akan menjerumuskan kita ke yang lebih bawah sampai mengakibatkan sulit untuk bangkit kembali."

Dalam ungkapan lain Imam Hasan Al Basri mengatakan "Ketika badan sehat dan hati senang, semua orang mengaku beriman. Tetapi setelah datang cobaan barulah teruji benar tidaknya pengakuan itu. Orang yang keinginannya ingin cepat terkabul hari ini dan tidak sabar menunggu, itulah orang yang lemah iman"

Sadar atau tidak terkadang kita sering membandingkan yang satu dengan yang lain, namun coba renungkan " Memang ada orang pintar namun hidupnya miskin harta, sedangkan yang bodoh kaya raya, Pembela kebenaran hidup terisolir, orang kafir memiliki harta benda melimpah, sedangkan ada orang islam hidup terlunta-lunta.

Namun coba kita tengok dan tauladani peristiwa sejarah Nabi Ya'qub yang kehilangan Yusuf anak yang sangat dicintainya. Bagai mana penderitaan Nabiyullah Yusuf as sendiri ? ia tidak disukai oleh saudara-saudaranya sejak kecil. Bahkan dilempar kedasar sumur yang gelap gulita, diperdagangkan sebagai budak belian. Lalu dijebloskan kepenjara meski ia tak pernah melakukan kejahatan sedikitpun.
Lihat pula Nabiyullah Musa as, yang dilahirkan dijaman yang sangat memprihatinkan sampai-sampai dengan perasaan berat ibunya memasukan bayi tersebut kedalam peti untuk dihanyutkan di sungai Nil.

Tak beda pula dengan yang lain, Nabiyullah Ibrahim as diuji keimannannya seolah melampaui batas kemampuan manusia yaitu saat diperintahkan untuk menyembeleh anak kandungnya sendiri yang bertahun-tahun ia dambakan.

Mana yang lebih besar penderitaan kita kita dengan penderitaan Nabi Adam as ? Bersenang-senang dalam surga bersama istrinya, namun kemudian diperintahkan untuk keluar dari surga.

Sebesar apakah kesulitan kita dibanding penderitaan Nabi Nuh as, yang menyeruh pada umatnya, tapi anak dan istrinya sendiri tidak mau menjadi pengikutnya? yang sampai akhirnya karena tolakan tersebut anak dan istrinya tertelan dalam gulungan banjir.

Semuanya bukti yang patut kita tauladani dan kita yakini bahwa iman kepada Allah memang menghendaki perjuangan, pengorbanan sekaligus keteguhan hati. Dahan akan kurus, daun akan layu bila batang tak memiliki akar yang kuat, kokoh dan tak mudah goyah diterpa angin dan badai.

Mari kita mencoba untuk tak pernah kalah oleh beratnya beban hidup. Ingat, tidak semua permintaan kita pada Allah mesti harus dikabulkan. Hanya Allah lah yang lebih mengenal bathin kita dari pada kita sendiri.Teka-teki hidup ini sangat banyak. Jangan menyangka Allah lemah dalam menolong hamba-Nya.

Lalu, kapan dan bagaimana pertolongan Allah itu tiba ?
Ibnu Athaillah memberi pengarahan yang sangat berharga untuk kita pelajari.
" Bersungguh-sungguhla dengan kehinaanmu, niscaya Ia menolongmu dengan kemuliyaan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dengan ketidak berdayaanmu, niscaya Ia menolongmu dengan kekuasaan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dengan kelemahanmu niscaya Ia menolongmu dengan kekuatan-Nya"
Pertolongan, Bantuan, dukungan kemenangan dari Allah itu pasti. "Adalah hak bagi kami menolong orang-orang yang beriman." (QS.Ar Ruum: 47)

Jika Ia berkehendak, tak ada yang dapat menghalangi turunnya pertolongan dan bantuan-Nya.  
Oleh karena itu "JANGAN PERNAH KALAH OLEH COBAAN"