Jumat, 18 Maret 2011

Saya Berhasil Menghentikan Kesedihan Saya Oleh Karena Saya Melihat Istri Saya Mencuci Piring

Oleh: William Wood
Dalam Buku Petunjuk Hidup Tentram dan Bagahia [Dale Carnegie] hal.496

BEBERAPA tahun yang lalu saya menderita sakit perut yang luar biasa pedihnya. Setiap malam saya bangun dua tiga kali, tidak bisa tidur karena sakitnya bukan main. Dulu saya melihat ayah meninggal karena kangker perut. Saya takut jangan-jangan saya juga terserang kangker perut, atau setidaknya menderita borok perut.Oleh karena itu saya pergi ke Rumah Sakit dan memeriksakan sakit saya. Saya diperiksa oleh dokter spesialis yang terkenal. Perut saya di-rongsen dan diperiksa dengan sinar-X. Saya diberi obat supaya bisa tidur dan di beri tahu bahwa saya tidak mengidap borok perut dan tidak terserang kangker. Ia mengatakan bahwa sakit saya disebabkan oleh ketegangan jiwa dan ketegangan emosi.Karena saya pendeta, pertanyaan pertama yang di lontarkan pada saya, " Apakah dalam dewan gereja ada anggota yang Eksentrik?"

Dokter menceritakan hal-hal yang sudah saya ketahui, yakni: Yang saya kerjakan terlalu banyak. Selain mengerjakan tugas rutin dalam gereja seperti berkhotbah pada hari minggu dan memikul berbagai macam beban yang berhubungan dengan aktifitas gereja, saya juga menjabat sebagai ketua Palang Merah, direktur Kiwanis. Setiap minggunya saya juga harus memimpin upacara pemakaman dua atau tiga kali, dan harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lain yang datangnya tidak dapat diduga sebelumnya.

Saya selalu bekerja dalam keadaan tegang. Saya tidak pernah bersantai. Saya senantiasa tegang, tergesah-gesah dan panik. Sekarang saya tau inti atau penyebab utama kesedihan saya. Saya selalu hidup dalam ketegangan. Kelewat sibuk. Tidak pernah santai. Karena sakit saya tidak tertahankan, nasehat dokter saya terima dengan senang hati. Setiap hari senin saya pakai untuk berlibur. Saya tidak lagi memaksa diri untuk bekerja terlalu banyak. Beberapa tanggungjawab dan beberapa aktifitas mulai saya tinggalkan.

Pada suatu hari, ketika saya duduk di belakang meja kerja, saya mendapa gagasan yang dapat memberikan pertolongan besar sekali. Waktu itu saya lihat tumpukan surat-surat kuno dan teks khotbah yang sudah lama, yang sekarang sudah tidak ada gunanya lagi. Satu demi satu surat dan teks kuno tersebut saya remas-remas dan saya campakan kedalam keranjang sampah. Tiba-tiba saya berhenti dan berkata pada diri saya sendiri, " Bill, mengapa kesedihan hatimu tidak kau remas-remas seperti surat itu? Mengapa kesedihanmu di masa lampau tidak kau remas dan kau campakan kedalam keranjang sampah? " gagasan itu secara tiba-tiba memberikan inspiras; memberikan perasaan lega. Seakan-akan beban dipundak saya disingkirkan, Saya tidak menanggung beban berat lagi. Mulai hari itu, mulai saat itu, saya membuat peraturan baru bagi hidup saya.Semua masalah dan persoalan di masa lampau yang tidak bisa saya selesaikan oleh karena diluar kemampuan saya, semuanya saya buang. Saya campakan kedalam kotak sampah.

Pada kesempatan lain saya mendapatkan ide lain yang bagus juga. Pada suatu hari saya melihat istri saya mencuci piring sambil bernyanyi. Saya lalu berkata pada diri saya, "Lihatlah Bill. Betapa bahagianya istrimu. Sudah delapan belas tahun kau nikah, dan selama ini istrimu sudah ribuan kali mencuci piring. Andai kata pada saat mulai hidup berkeluarga istrimu membayangkan betapa banyak piring yang harus dicucinya selama delapan belas tahun mendatang, kau tidak tahu apa jadinya. Bila piring yang harus dicuci selama delapan belas tahun dikumpulkan jadi satu, saya rasa jumlahnya memenuhi gudang besar di pelabuhan, Bila hal seperti itu terlintas dalam pikiran seorang istri yang masih muda, ia pasti akan merasa ngeri dan tak sanggup menghadapinya".

Kemudian saya berkata lagi, " Istri saya tidak keberatan mencuci piring sebab setiap kali ia hanya mencuci beberapa buah piring saja". Lain dengan cara saya menangani kesedihan hati saya, Saya jadi tau kesulitan saya. Saya berusaha mencuci piring hari kemarin, piring hari ini dan piring hari esok sekaligus. Piring hari esok yang belum kotor juga saya cuci.

Saya lihat betapa goblok tindakan saya. Setiap hari minggu pagi saya berdiri di mimbar dan mengajarkan pada umat bagai mana caranya hidup. Akan tetapi nyatanya saya sendiri menjurus ke keadaan yang tegang, terburu-buru, dan sedih. Saya jadi malu terhadap diri sendiri.

Sekarang kesedihan tidak mengganggu saya lagi. Saya tidak lagi sakit perut. Tidak menderita insomnia lagi. Kekuatiran dan kesedihan masa lampau saya remas-remas dan saya buang kedalam keranjang sampah. Saya tidak lagi mencuci piring yang tidak kotor, Piring yang baru kotor besok pagi tidak saya cuci pada hari ini.

Ingatkah Anda pada pernyataan bijak dari Dale Carnegie? Ia juga bertutur " Beban hari esok, ditambah beban kemarin, sangat memberikan beban hari ini".
Apa anda mau mencoba konyol dengan berbuat Demikian?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar